Selasa, 03 Januari 2012

Sepeda Motor Beri Kontribusi Kemacetan di DIY Jogya

Tribun Jateng - Jumat, 30 Desember 2011 07:45 WIB
Share |
JOGYA-MACET.jpg
Laporan Wartawan Tribun Jogya/ Sigit Widya

TRIBUNJATENG.COM YOGYA,  - Mencermati lalu lintas jalan di DIY, khususnya di wilayah perkotaan, masyarakat semakin dihadapkan kepada kompleksitas permasalahan nan rumit dan menjenuhkan. Selain kemacetan, tanpa disadari, setiap pengendara juga harus menanggung biaya yang kian hari kian tinggi.

Dari sisi waktu perjalanan, bila diukur dan ditabulasikan per bulan, tampak efek hambatan waktu (time delay) yang cukup signifikan. Perhitungan Tribun Jogja dari wawancara sejumlah pengendara, Kamis (29/12/2011), rata-rata telah terjadi penurunan waktu tempuh lima persen per bulannya.

Untuk diketahui bersama, bila waktu tempuh rata-rata pengendara saat ini adalah 30 menit, maka waktu tempuh pada bulan berikutnya menjadi 31,5 menit. Jika digeneralisasi linier, waktu tempuh tersebut meningkat drastis menjadi 48 menit pada tahun berikutnya.

Adanya hambatan waktu sebesar itu, tentunya menuntut para pengendara meningkatkan kecepatan untuk mengembalikan waktu tempuh kepada kondisi semula. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya kendaraan yang beradu kecepatan saat pagi, terutama di ruas jalan utama di DIY.

Sepeda motor menjadi alat transportasi yang paling besar dalam memberikan sumbangsih terhadap kepadatan lalu lintas di DIY. Menurut catatan Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, pertumbuhan cepat sepeda motor diawali pada 2000, di mana saat itu terdapat 490.641 unit di seluruh DIY.

Setahun berselang, angkanya sudah berubah signifikan menjadi 597.143 unit atau naik 9,9 persen. Kemudian pada 2002, terjadi kenaikan sebesar 10,7 persen, menjadi 666.941 unit. Sementara pada 2003, jumlahnya sudah mencapai 755.101 unit. Hingga akhirnya, pada awal 2007 jumlah sepeda motor di DIY menyentuh angka 1 juta unit.

"Penambahan maupun pelebaran ruas jalan bukan solusi, tapi justri kontraproduktif. Selain membuang banyak biaya, mendesak aksesibilitas pejalan kaki, dan mengurangi cadangan oksigen yang dihasilkan pohon-pohon di tepi jalan, terobosan tersebut hanya berpihak kepada pemakai kendaraan pribadi," kata Peneliti Pustral UGM, Lilik Wachid Budi Susilo.

Bagaimana dengan kondisi pertumbuhan sepeda motor pada 2011? Menurut Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika DIY, Tjipto Haribowo, jumlah sepeda motor di DIY bertambah 7.000 unit per bulannya. Sementara jumlah keseluruhannya, saat ini sudah menyentuh angka 3,5 juta unit.

"Angka tersebut akan terus bertambah setiap tahunnya. Bila Pemerintah DIY bertindak membatasi peredaran sepeda motor, bisa dianggap melanggar HAM. Untuk itu, satu-satunya cara mengerem perkembangan sepeda motor di DIY adalah dengan memperbaiki sistem transportasi massal," terangnya.

Wujudnya adalah mengupayakan perbaikan kinerja moda transportasi yang saat ini tersedia, yakni Trans Jogja. Meski ia sadar diri, saat ini Trans Jogja baru melayani di tiga jalur, dengan jumlah armada hanya 54 bus. Namun, ke depan ia berjanji untuk meningkatkan keterbatasan tersebut melalui penambahan jalur dan armada.

"Kami sedang berusaha agar mampu melayani 12 jalur, dengan jumlah armada lebih dari 120 bus. Perlu diketahui, selama ini operasional kami masih disubsidi oleh Pemerintah DIY melalui APBD. Dari total dana APBD sebanyak Rp 28 miliar yang dikucurkan, kami baru bisa mengembalikan Rp 19 miliar atau masih kurang Rp 9 miliar," aku Tjipto. (igy)

Editor : budi_pras
 
http://jateng.tribunnews.com/2011/12/30/sepeda-motor-beri-kontribusi-kemacetan-di-diy-jogya

Tidak ada komentar:

...selamat datang...dab....

.....transportasi dll..........