Yogyakarta (ANTARA News) - Seorang pengamat dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menilai pengawalan terhadap sepeda motor merupakan langkah kontradiktif terhadap upaya menekan angka kecelakaan saat arus mudik maupun balik Lebaran.

"Pengawalan yang merupakan upaya untuk memperlancar arus lalu lintas kendaraan terkait dengan lewatnya iring-iringan sepeda motor itu, sangat kontradiktif, karena secara tidak langsung melegitimasi sepeda motor sebagai angkutan mudik maupun balik Lebaran," kata Lilik Wachid Budi Susilo, di Yogyakarta, Selasa.

Ia mengatakan pengawalan terhadap sepeda motor selama arus mudik Lebaran justru akan meningkatkan jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor.

"Padahal, sepeda motor merupakan moda transportasi yang paling rentan terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan raya, tingkat keamanan dan keselamatannya rendah, serta bukan kendaraan yang didesain untuk perjalanan jarak jauh," katanya.

Menurut Lilik, alasan penggunaan sepeda motor sebagai angkutan mudik Lebaran disebabkan karena tingkat aksesibilitas dan fleksibilitas moda transportasi tersebut tergolong tinggi.

"Selain itu, jika dibandingkan dengan mobil pribadi, waktu perjalanan menggunakan sepeda motor lebih singkat dengan biaya perjalanan yang lebih murah," katanya.

Ia menilai pemerintah seharusnya melarang penggunaan sepeda motor untuk keperluan mudik maupun balik Lebaran. "Namun, pemerintah juga harus memberikan opsi kepada pengguna sepeda motor sebelum melakukan pelarangan penggunaan moda ini sebagai angkutan mudik maupun balik Lebaran," katanya.

Opsi tersebut menurut Lilik antara lain dengan meningkatkan kapasitas moda angkutan umum sebagai moda transportasi yang utama saat mudik maupun balik Lebaran.

"Salah satunya adalah dengan peningkatan kapasitas angkutan kereta api melalui revitalisasi jalur-jalur rel kereta api yang selama ini tidak aktif," katanya. (ANT-158/K004)